Belajar Islam

Fathul Qorib: Rukun-Rukun Tayamum

فرائض التيمم

وفرائضه أربعة أشياء: أحدها (النية)، وفي بعض نسخ المتن «أربع خصال: نية الفرض»؛ فإن نوى المتيممُ الفرضَ والنفل استباحهما أو الفرض فقط استباح معه النفل وصلاة الجنازة أيضا، أوالنفل فقط لم يستبح معه الفرض؛ وكذا لو نوى الصلاة. ويجب قرن نية التيمم بنقل التراب للوجه واليدين، واستدامة هذه النية إلى مسح شيء من الوجه. ولو أحدث بعد نقل التراب لم يمسح بذلك التراب بل ينقل غيره. (و) الثاني والثالث (مسح الوجه، ومسح اليدين مع المرفقين) وفي بعض نسخ المتن «إلى المرفقين»؛ ويكون مسحهما بضربتين. ولو وضع يده على تراب ناعم فعلق بها تراب من غير ضرب كفى. (و) الرابع (الترتيب) فيجب تقديمُ مسح الوجه على مسح اليدين، سواء تيمم عن حدث أصغر أو أكبر؛ ولو ترك الترتيب لم يصِحَّ. وأما أخذ التُراب للوجه واليدين فلا يشترط فيه ترتيب. فلو ضرب بيديه دفعة على تراب ومسح بيمينه وجهَه وبيَساره يَمينَه جاز

RUKUN-RUKUN TAYAMUM

Rukun tayamum ada empat (4), yaitu:

  1. Niat (melakukan tayamum). Niat tayamum memiliki beberapa tingkatan, yaitu:
  • Apabila seseorang yang bertayamum dia niat fardhu dan sunnah, maka dia diperbolehkan melakukan ibadah fardhu sekaligus sunnah. Hal ini karena memang dua ibadah ini sudah diniati sebelumnya.
  • Apabila seseorang yang bertayamum dia hanya niat fardhu saja, maka dia diperbolehkan juga melakukan ibadah sunnah. Hal ini karena memang ibadah fardhu ini derajatnya lebih tinggi daripada ibadah sunnah. Artinya apabila hanya niat fardhu saja, ibadah sunnah sudah tercakup di dalamnya. Dan juga dalam hal ini shalat jenazah walaupun hukumnya fardhu kifayah, tetapi dia derajatnya sama dengan ibadah sunnah.
  • Apabila seseorang yang bertayamum hanya berniat sunnah saja, maka dia tidak diperbolehkan melakukan ibadah fardhu. Begitu pula jika dia hanya berniat shalat (saya bertayamum untuk shalat), maka hukumnya sama seperti dia mengucapkan ibadah sunnah.

Catatan: keharusan niat ini harus dilakukan saat memindah debu dari tempatnya ke wajah dan tangan. Artinya niatnya dilakukan saat memindah debu, kemudian niat itu diteruskan hingga debu menempel ke wajah. Apabila seseorang di antara memindah debu dan mengusap wajahnya, apabila dia hadats di antara itu, maka debu yang diambilnya tidak sah untuk diusapkan ke wajah. Dalam arti dia diharuskan untuk mengambil debu yang baru.

  1. Mengusap wajah.
  2. Mengusap kedua tangan hingga mencapai siku.

Catatan: Usapan tayamum ini harus dua kali tepukan (untuk mengambil debu). Andaikan seseorang meletakkan tangannya di atas debu yang lembut tanpa ada tekanan, lalu dia gunakan untuk mengusap wajah, maka itu hukumnya sah.

  1. Berurutan.

Catatan: keharusan berurutan ini tidak membedakan apakah tayamum digunakan sebagai pengganti hadats kecil atau hadats besar. Yang diharuskan berurutan adalah usapan wajah dan kedua tangan, tidak mengharuskan terurutan dalam pengambilan debu. Jadi andaikan ada seseorang yang menekan debu dengan kedua tangannya, kemudian tangan kanan digunakan untuk mengusap wajah, dan tangan kiri digunakan mengusap tangan kanan, maka ini hukumnya tidak apa-apa. Jadi walaupun antara usapan wajah dan tangan ini dilakukan dengan satu kali perpindahan debu, ini tidak apa-apa, yang penting usapan wajah dan usapan tangan harus berurutan. Jadi selama usapan wajah dan tangan berurutan maka hukum tayamumnya tetap sah.

 

Sumber: Muhammad bin Qasim al-Ghazi, Fath al-Qarib al-Mujib Fii Syarh Alfaadz at-Taqriib : al-Qaul al-Mukhtaar Fii Syarh Ghaayah al-Ikhtishar, hlm. 9-10.

Ditulis oleh Bayu Widianto

Panggang, 03 November 2022

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button