Pendidikan

Perang Dengan Hawa Nafsu

Keinginan itu tidak ada batasnya sendangkan kebutuhan itu jelas ukurannya. Terkadang kita itu harusnya menghitung kebutuhan tapi kenyataannya yang dihitung adalah keinginan. Keinginan itu api dan api itu tidak ada batasnya, api itu tidak ada bendanya serta tidak ada volumenya. Jika air kan jelas ada satu liter, beras ada satu kilo, ruang ada satu meter, dan seterusnya. Nah kalau api bagaimana satuan ukurnya? Kan tidak jelas. Api itu yang kita ukur kan suhunya (panasnya) tapi apinya sendiri kita tidak bisa mengukur karena api itu begitu dia ada dan menimpa sesuatu dia akan berkembang sesuai dengan yang dimakannya. Itulah yang namanya keserakahan. Jika kita serakah maka seberapapun tidak akan pernah cukup. Ketika api membakar daun kering di tengah hutan maka tidak menutup kemungkinan nanti akan membakar seluruh hutan, dan kalau nyambung tidak hanya hutan yang terbakar tapi daerahnya juga ikut terbakar, dan kalau nyambung lagi maka seluruh pulau bisa ikut terbakar bahkan seluruh dunia pun ikutan terbakar hanya dari satu pentol korek api saja. Jadi berhati-hatilah kita dengan api. Makanya neraka itu disebut naar yang artinya sama dengan api. Api itu halal atau haram? Jawabannya tergantung bagaimana kita memperlakukan api. Jadi api itu kita kelola/kita khalifahi agar jangan sampai api yang membakar kita karena justru kitalah yang harus mengatur api maka jadilah listrik dan kompor. Kalau di pabrik kan ada yang urusannya sama energy dan api yang itu semua diatur atau dikelola oleh manusia. Jadi tugas manusia adalah mengatur alam, termasuk api. Kalau kita diatur sama api nanti kita bisa dilantik sebagai sarjana neraka karena pekerjaan kita suka bermain api dan akhirnya dimakan oleh api. Nah api ada yang sifatnya alamiah (material) dan ada yang sifatnya ruhaniyah yaitu nafsu kita, keserakahan kita, kerakusan kita. Makanya Rasulullah mengatakan setelah perang yang sangat besar di lembah badar yaitu, “Kita barusan perang dari perang kecil, dan sekarang kita masuk kembali ke dalam peperangan yang besar”. Apa gerangan peperangan yang besar itu? Jawabannya adalah peperangan melawan nafsu kita sendiri. Makanya nafsu itu harus kita kenali karena kadang-kadang nafsu itu tidak hanya seks. Ada nafsu seks, ada nafsu terhadap harta benda. Ada orang kaya tidak karena dia ingin kaya, tapi dia kaya karena resiko dari kerja keras. Jadi kaya hanya akibat bukan tujuan. Nah jadi nafsu itu macam-macam di segala bidang. Keinginan yang tidak dibatasi itu juga nafsu. Jadi api itu letaknya tidak hanya di syahwat dan diperut, tetapi hati juga ada apinya. Sekarang pertanyaannya adalah jika kita dikasih uang 10 juta dalam sebulan tentunya kita mau, dan jika dikasih lebih dari itu tentu tambah mau. Itulah nafsu yang kalau dituruti tidak akan ada batasnya. Jadi kita hidup mari jangan hanya karena keinginan tapi karena kebutuhan. Kalau kebutuhan itu pas (butuh makan berapa dan butuh minum berapa) dan jangan makan dan minum karena nafsu. Sekarang penawarnya naar adalah nuur. Jadi kata naar itu kan tegak huruf alifnya sehingga tegaknya alif itu harus kita tundukkan menjadi wawu, sehingga bunyinya menjadi nuur. Nafsu kita harus kita taklukkan. Yang terakhir adalah mari kalau bisa kita tahu sesuatu itu tidak karena dikasih tahu, tetapi karena kita menggali sehingga kita mengetahuinya melalui diri kita sendiri. Sekolah yang baik itu tidak menceramahi muridnya namun mengajak muridnya untuk mencari agar muridnya bisa menemukan.

 

Ditulis oleh Bayu Widianto

Panggang, 23 Oktober 2022

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button