Meretas Budaya Korupsi
Temukanlah rahasia-rahasia keajaiban Allah, rahasia-rahasia kasih sayang Allah, Allah memberimu batas-batas, menghentikan sesuatu pada saatnya dan pada tempatnya, itulah rahmat Allah. Bayangkan kalau satu tanganmu dibiarkan panjang sedangkan yang satunya tidak dibiarkan panjang itu saja sudah susah kamu. Bayangkan kalau telingamu bisa mendengarkan frekuensi jauh, tapi Alhamdulillah Tuhan membatasi telingamu hanya bisa mendengarkan paling jarang 2-3 meter. Bayangkan kalau kamu bisa mendengar dengan jarak 1 kilo meter di sana maka sudah pasti dalam waktu dua hari kamu bunuh diri. Bayangkan jika jadi bupati dan bisa mendengarkan suara lima kilo meter yang digunjingin terus sama rakyatnya maka sudah pasti stress dan frustrasi. Jangankan bupati, kamu digunjingin istrimu di rumah tetangga lalu kamu mendengar saja itu sudah cukup menjadi awal perang rumah tangga. Silahkan kamu membayangkan dan mengimajinasikan karena itu luar biasa sehingga menjadikan kita harus bersyukur. Itu baru telinga, bayangkan kalau kamu bisa mendengarkan suara hati orang lain tentu kamu akan gila sendiri. Nah kalau kita punya akal, punya imajinasi, punya bayangkan, dan punya kreatifitas, maka kita tidak akan pernah berhenti bersyukur kepada Allah Swt. Sekarang kalau kamu bilang banyak hal yang kamu rasa sukar, banyak hal yang kamu rasa sulit, maka pertanyaannya adalah kesulitan itu kamu apakan? Apa yang kamu lakukan terhadap kesulitan hidup? kalau ada kesulitan berarti itu tantangan, dan kalau ada tantangan berarti kamu apakan? Tentu jawaban yang tepat adalah dihadapi dan diperjuangkan untuk dilawan. Itu tandanya berarti kamu menjadi pejuang untuk melawan kesulitan. Jadi tingkat kesulitan itu tergantung Tuhan. Kalau kamu orangnya punya kekuatan 1 kilo gram maka Allah memberi kesulitan 1 kilo gram. Kalau kesulitanmu lebih besar maka berarti kekuatanmu juga lebih besar. Kalau ada kesulitan berarti engkau ditawari Allah untuk berjuang. Sekarang pertanyaannya lebih bagus mana orang yang berjuang ataukah orang yang tidak berjuang? Tentu jawaban yang tepat adalah orang yang berjuang. Nah maka dari itu berarti kamu adalah pejuang. Semakin banyak kesulitan maka semakin besar perjuanganmu, maka Allah akan senang kepadamu karena engkau terus berjuang. Jadi kamu jangan pernah menggerutu kalau ada tantangan dan kesulitan karena tantangan dan kesulitan adalah rizki untuk berjuang dan rizki untuk mengatasi, dan tentunya kalau mengatasi sesuatu maka pasti bertambah ilmunya. Kalau knalpotmu copot di tengah hutan dalam keadaan sendiri tidak ada bengkel sehingga kamu uthak-uthek sendiri, maka akhirnya kamu bisa, dan ketika itu ilmumu bertambah. Kalau begitu bagus mana antara knalpot copot dengan tidak copot? Nah hidup itu seperti itu sehingga begitu ada sesuatu maka patut untuk disyukuri karena bersama kesulitan Allah sudah menyediakan kemudahan tinggal kita mencarinya. Oleh karena itu ojo kagetan, ojo gumunan, ojo dumeh, jangan mudah ngambek dan jangan mudah ndongkol, nanti dulu mari dipelajari dahulu karena semua kesulitan itu adalah rizki agar supaya kita lebih meningkatkan perjuangan kita.
Sekarang kita menginjak pada pembahasan inti yaitu mengenai anti korupsi karena hal ini masalah krusial di Indonesia maupun di dunia, termasuk kenapa hal ini dibahas karena agar supaya kita semua bisa punya tikar untuk menata pemahaman-pemahaman ilmu di atas tikar itu mengenai korupsi dan pencurian-pencurian harta Negara. Kita melihat korupsi ini adalah suatu penyakit yang sangat membahayakan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan Negara. Karena keuangan Negara ini janjinya dari konstitusi sepenuhnya dilaksanakan untuk kemakmuran rakyat. Kalau hal ini dilakukan maka ini merupakan satu langkah penghianatan terhadap Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu kita sebagai rakyat mari bersama-sama mengawal pemerintah melaksanakan pembangunan sampai mencapai ke arah tujuan dengan tidak melakukan korupsi. Salah satu langkah awalnya adalah sedapat mungkin kita dapat memperoleh pencerahan mengenai hal tersebut. Karena korupsi ini tidak hanya dari aspek masalah kewenangan dan jabatan yang disalahgunakan, tetapi ada aspek-aspek lain atau variabel-variabel lain yang melingkupi. Dari teori-teori yang ada, korupsi itu ada karena faktor keserakahan. Jadi ini masalah karakter. Nah masalah karakter ini membutuhkan pembangunan-pembangunan khusus karena orang intelektual kayak apapun tidak semuanya punya wilayah tersebut. Ada faktor opportunity, yaitu suatu sistem yang memang mengarahkan bahwa siapapun yang menjadi pejabat itu akan keblasuk pada masalah korupsi. Ada masalah yang sifatnya kebutuhan yang dalam masyarakat modern ini kita didorong ke arah yang bersifat materialisme dan konsumerisme yang selalu ini butuh, butuh, dan butuh dijejali oleh yang bersifat materi, sehingga kebutuhan kita tidak akan pernah berhenti. Kemudian selanjutnya adalah ekspose, yaitu penegakan hukum yang tidak bisa memberikan efek jera, dan ini urusannya dengan polisi dan kejaksaan. Makanya perlu adanya perpaduan yang bisa ditarik menjadi satu kesimpulan bahwa korupsi itu bisa tidak ada hanya satu kuncinya yaitu beragamalah dengan benar. Karena yang namanya orang beragama itu sudah ada ikrar dengan Allah dengan shalatnya dan segala macamnya. Tetapi jika ada orang yang katanya telah benar beragama namun masih melakukan korupsi, itu menurut kami kesimpulannya belum benar beragama. Jadi sumbu dari permasalahan korupsi adalah kita lepas dari nilai-nilai beragama. Agama mungkin hanya sebagai bentuk formalitas yaitu menggugurkan kewajiban, tapi inti, substansi, dan nilai-nilai dari beragama tidak pernah diterapkan. Jadi dari prespektif keberagamaan kita dalam melaksanakan agama insyaAllah akan menjadi cahaya terhadap perilaku kita, sehingga kita ada perasaan takut dan malu. Nah kita ini sekarang perasaan takut sudah tidak ada dan malu pun juga tidak ada. Menteri jaman orde baru dia malu jika punya mobil karena waktu itu adalah masa kemerdekaan dan masa perjuangan, sehingga hampir rata-rata untuk dapat mobil dan punya mobil itu agak susah, sehingga seorang menteri merasa malu kalau punya mobil. Tapi kalau sekarang kan kebalik, yaitu malu jika tidak punya mobil. Kalau jadi pengusaha saya rasa tidak ada masalah, tapi kalau jadi pegawai negeri yang gaji pendapatannya sudah terukur, nanti kalau ingin memiliki kebutuhan-kebutuhan ini dengan tidak didukung oleh pekerjaan yang lain misalkan wiraswasta dan lain-lain insyaAllah itu akan melakukan korupsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Oleh karena itu pemahaman ini juga harus diketahui oleh masyarakat. Masyarakat juga harus jangan tergerak untuk bersama-sama berjamaah melakukan korupsi, atau mendorong terciptanya korupsi. Para pejabat-pejabat yang di atas kalau kita rajin mengawasi dan kita monitor terus maka insyaAllah akan bisa terkontrol segala sesuatunya. Tapi kalau kita-kita semuanya cuek terhadap kualitas pembangunan yang dilaksanakan maka itu bisa menumbuhkembangkan sikap-sikap korupsi.
Sekarang kalau ngakunya kita mencari ilmu maka kalau disuruh untuk memilih kita memilih untuk dikasih mangga ataukah peloknya? Tentu jawaban yang tepat adalah memilih pelok. Jadi apa yang bisa kita rangkum pada malam hari ini hanya bersifat pelok supaya kita bisa menanamnya di dalam pikiran dan kreatifitas kita besok. Kembali lagi pada kasus korupsi bahwa pertanyaannya adalah pertimbangan kita soal anti korupsi itu apa? kalau Freeport dirampok sama Amerika besar-besaran atau kalau uang Negara dirampok oleh pejabat itu kita marah karena barangnya atau karena apanya? Sayang barangnya ataukah tidak setuju dengan kelakuannya? Kalau kita memilih barangnya berarti itu materialisme, tapi kalau kelakuannya berarti akhlak. Jadi kita anti korupsi itu karena urusan sayang barang atau urusan akhlak? Tentu jawaban yang baik adalah akhlak. Pertanyaan selanjutnya adalah pernahkah ada orang ngomong anti korupsi dihubungkan sama akhlak? Hampir semua orang anti korupsi itu karena eman/sayang barangnya kok dicuri. Kalo demikian berarti dia adalah seorang materialis. Tapi ini masalahnya bukan barangnya akan tetapi akhlak yang harus ditegakkan. Kalau kita belok sedikit maka ada pertanyaan kita itu percaya sama hukum atau tidak? Tentu kita harus percaya sama hukum. Pernahkah kita mencuri ayam? Apakah mencuri ayam itu ada pasalnya? Tentu jawabannya tidak. Jadi kita itu tidak mencuri ayam karena faham hukum atau tidak? Tentu jawabnya tidak. Kita tidak mencuri ayam karena kita punya akhlak. Sekarang pertanyaannya adalah lebih tinggi mana hukum ataukah akhlak? Tentu jawabannya adalah akhlak. Jadi nomor satu adalah akhlak, sehingga tidak boleh ngomong soal supremasi hukum karena 99% rakyat itu tidak ngerti pasal hukum. Dan mereka tidak melakukan korupsi itu bukan karena hukum pidana tapi karena mereka punya akhlakul karimah. Jadi kita tidak eman/sayang materinya akan tetapi kita cuman takut dia celaka. Jadi siapa saja yang korupsi di Indonesia kita tidak eman/sayang berapapun yang dicuri, tapi yang kita takutkan adalah anaknya nanti yang celaka, dia celaka, keluarganya celaka. Dan itu hanya soal waktu sehingga jangan harap bisa selamat dan menghindar entah besok, satu bulan kemudian, satu tahun kemudian, atau nanti kalau sudah tua. Jadi ada dua poin pada pembahasan kali ini, yaitu kita anti korupsi tidak karena kita membela barangnya akan tetapi karena akhlak. Kalau Indonesia ini misalnya melarat itu tidak masalah kok karena yang baik dan bagus itu Indonesia memiliki tanah subur dan sawah yang subur, adapun tambangnya kalau tidak ada itu lebih baik. Seumpama tidak ada batu bara, tidak ada timah, tidak ada emas, dan tidak ada gas itu lebih baik sehingga tidak ada keroyokan dan tidak ada maling. Sekarang ini maling semuanya karena kebanyakan harta sehingga rebutan. Jadi melarat itu membawa kepada kekufuran, tetapi ternyata kaya juga membawa kepada kekufuran. Maka sekarang akhlaknya yang harus ditingkatkan, dan akhlak itu adalah output utama dari agama karena Rasulullah sendiri telah bersabda bahwa “sesungguhnya aku tidaklah diutus kecuali hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”. Jadi agama itu bukanlah kita sorbanan ataukah tidak. Adapun rajin sembahyang itu sudah pasti karena kita sebagai makhluk Tuhan. Akan tetapi bukanlah sembahyang kita tersebut yang membuat bagus agama kita. Baik untuk Allah tetapi belum tentu baik untuk sesama manusia. Kalau untuk manusia yang baik itu adalah akhlak kita bagaimana. Kita rajin sembahyang maka dari itu kita baik kepada tetangga kita, lembut kepada orang lain, sayang kepada anak kecil, dan seterusnya, sehingga output akhlaknya yang tidak tunggu. Bahwa kita shalat ataukah tidak itu urusan kita sama Allah. Tidak berarti shalat itu tidak penting, bahkan syariat itu mutlak penting dan wajib sehingga dianjurkan untuk dilakukan. Tetapi jangan lupa bahwa jangan shalat kita yang kita pamer-pamerkan ke tetangga kita, jangan haji kita yang kita tunjuk-tunjukkan kepada orang lain, jangan zakat kita yang kita pamer-pamerkan dan kita pamrih-pamrihkan. Jadi kita jangan eman/sayang pada barang karena kalau kita tidak eman/sayang pada materi maka berarti Allah akan memberi kita barang banyak, karena kita tidak suka mencuri maka Allah akan memberi kita kekayaan, dan Allah akan menitipkan barang-barang itu kepada kita. Akan tetapi kalau kita suka mencuri percayalah pasti nanti sedikit demi sedikit akan diambil oleh malaikat. Kalau kita orangnya tidak pamrih terhadap benda maka berarti kita adalah orang yang bisa dipercaya untuk menjaga benda, sehingga akhirnya Allah akan memberikan kepada kita rizki yang banyak.
Ditulis Oleh Bayu Widianto
Panggang, 21 Oktober 2022