Pendidikan

Mengaktifkan Sensor Keindahan

Pekerjaan psikologi yang terbaik, pekerjaan agama yang paling efektif, dan pekerjaan budaya yang paling penting adalah setiap manusia setiap hari menganalisis mana yang kita benar-benar butuh dan mana yang kita hanya ingin. Kalau kita bisa seperti itu maka hidup kita akan efektif dan efisien. Sebagai contoh sederhanya adalah ketika kita mau kencing itu sebenarnya kita ingin kencing ataukah butuh kencing? Kalau dalam bahasa Indonesia ada yang namanya hajat kecil dan hajat besar, itu benar. Artinya orang buang air besar maupun kecil itu hajat dan bukan keinginan. Jadi sebenarnya dari prikalu kita sehari-hari sampai pada Negara bahkan globalisasi kuncinya adalah bisa membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Nah sekarang kalau ada konsep pembangunan sebuah Negara itu landasannya kebutuhan rakyat atau keinginan pemerintah, kan begitu. Nah sekarang kan rancu tidak karuh-karuhan bahkan akhirnya bisa jadi dalam suatu peluang rakyat dijadikan landasan untuk mengatasnamakan kebutuhan padahal itu adalah keinginan pejabatnya.
Sekarang mari kita tarik ke belakang lagi kalau Tuhan itu butuh apa? di dalam bahasa Arab kebutuhan diartikan dengan “hajat”, nah pertanyaannya Allah itu berhajat ataukah tidak? Tentu jawabannya adalah tidak karena Allah itu hanya punya keinginan. Allah itu tidak butuh, Dia tidak butuh orang menyembahnya dan Dia juga tidak butuh ada siapapun selain-Nya karena Dia Maha Kuasa lagi Maha segala-galanya. Makannya Allah tidak pernah menyebut perilaku-Nya itu sebagai hajat. Kalau kita mengetahui posisi dasar ini bahwa manusia itu kalau bisa mengutamakan kebutuhan. Nah kebutuhan yang utama menurut beberapa ahli adalah sandang, pangan, papan, dan seterusnya. Sekarang kalau kebutuhan itu dibawa ke ranah batiniyyah manusia maka kita ini butuh asal-usul kita supaya kita ini jelas. Sebenarnya ini untuk semua permasalahan baik perusahaan, Negara, pemerintahan, keluarga maupun sehari-hari kita itu keputusannya hanyalah dua hal tersebut yakni kebutuhan ataukah keinginan. Misalnya dalam hal sandang, pangan, dan papan. Jika dikatakan sandang berarti kebutuhan utama kita adalah martabat, yakni jangan sampai kita keluar rumah dalam keadaan telanjang, makannya kita butuh pakaian. Kemudian kebutuhan pakaian ini menjadi keinginan pakaian yang akhirnya hal ini diekploitasi oleh para kapitalis dan komersialis. Jadi mall-mall dan toko-toko menciptakan kebutuhan publik padahal sebenarnya itu bukan kebutuhan mereka, sehingga terjadilah apa yang disebut konsumerisme, yaitu di mana para kapitalis atau para pedagang global besar memalsukan keinginan manusia disebut kebutuhan padahal manusia tidak butuh. Jadi posisi Allah dan hamba-Nya itu Allah tidak butuh kita tapi kita yang butuh dan Allah punya keinginan. Nah kalau Allah yang punya keinginan kan tidak masalah karena Dia Maha menjaga. Sehingga Dia punya kematangan dan kedahsyatan untuk ingin sedangkan manusia seperti kita harus hati-hati untuk ingin. Jadi sebenarnya kuncinya adalah bahwa pekerjaan psikologi yang terbaik, pekerjaan agama yang paling efektif, dan pekerjaan budaya yang paling penting adalah setiap manusia setiap hari menganalisis mana yang saya bener-bener butuh dan mana yang saya hanya ingin.
By: Bayu Widianto
Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta,
22 Oktober 2022

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button