Pendidikan

Ketika Semua Golongan Merasa Benar

Kalau benda, alam, dan binatang itu taat kepada Allah tanpa kesadaran, dia tahu ataupun tidak tahu tetap taat. Tapi kalau manusia dia taat dengan alat kesadaran yang mesinnya adalah akal sehat. Jadi kalau manusia dia harus belajar, dia harus sekolah, dia harus tahu komponen-komponen nilai untuk taat kepada Tuhan atau untuk menciptakan kebersamaan yang indah, yang seimbang dan enak satu sama lain itu dia harus tahu komponen-komponennya bahwa hidup itu ada benar salah, ada baik buruk, ada indah dan tidak indah, ada variabel misalnya hina dan mulia, ada gagal sukses, dan seterusnya. Ini sudah diketahui oleh berabad-abad perkembangan filsafat yang muncul secara alamiah dan intelektual dalam persekolahan maupun bersumber dari nilai-nilai agama atau nilai-nilai apapun yang lain. Tapi belum pernah dielaborasi sebenarnya bagaimana manajemen antara kebaikan, kebenaran, kemuliaan dan keindahan. Sampailah kita pada suatu keadaan sejarah dimana orang benar bermusuhan dengan orang benar. Orang mempertahankan kebenarannya berbenturan dengan orang yang juga mempertahankan kebenarannya. Orang ini bisa kelompok, bisa parpol, bisa front, dan bisa apapun. Bertentangan antara orang yang sama-sama yakin terhadap kebenarannya ini kan harus kita cari kenapa kebenaran kok bisa mempertengkarkan manusia. Jangan-jangan ada manajemen atau pemetaan dimana sih sebenarnya letaknya kebenaran, dimana letaknya kebaikan, dan dimana letaknya keindahan. Mana sebab mana akibat, mana input mana output. Ketika kita mau melihat semua yang terjadi di Indonesia maka kita bisa menemukan bahwa kebenaran tidak untuk dibawa keluar dari diri kita. Terserah mau kebenaran agama, kebenaran demokrasi, kebenaran tentang makanan, tentang asin, tentang sedap, tentang mak nyus, dan tentang apapun itu adalah bekal kita yang kita simpan di dalam diri kita. Tetapi begitu kita keluar diri kita maka yang kita bawa bukan kebenaran tapi yang kita bawa adalah kebaikan, keindahan, kemuliaan, upaya-upaya untuk supaya nyaman satu sama lain kita dengan semua orang di sekitar kita, kebijaksanaan dan kearifan. Jadi ini kita tidak akan pernah bisa selesai dengan seluruh pertengkaran, permusuhan, kebencian, dendam dan seterusnya kalau kita saling menyombongkan kebenaran kita masing-masing. Kita telah mengetahui bahwa dalam teori universalnya itu ada benarnya sendiri (kebenaran subjektif masing-masing orang atau kelompok), ada benarnya orang banyak (ini kita elaborasi dan kita cari sampai akhirnya bisa ketemu demokrasi, kesepakatan nasional, dan lain sebagainya itu kan benernya orang banyak). Tapi kan benarnya orang banyak tidak sama dengan benar yang sejati. Benar yang sejati ini sesuatu yang sangat bersifat cakrawala yang harus kita tempuh berjalan ke sana terus-menerus yang mungkin nanti ada hubungannya sama Allah. Apalagi Allah sendiri menyatakan, “kebenaran itu datangnya dari-Ku. Manusia hanya dapat cipratannya dan menafsirkannya”. Nah tafsir kebenaran ini kita harus berhati-hati karena saya menafsirkan kebenaran berbeda dengan anda menafsirkan kebenaran, dan saya tidak akan mempertengkarkan tafsir saya dengan tafsir anda. Namun yang harus keluar dari diri saya kepada anda adalah mencoba berusaha menggembirakan anda, membikin anda nyaman, membikin anda aman, tidak saya curi barang anda, tidak saya nista harga diri anda, dan tidak saya bunuh nyawa anda, itulah outputnya. Itu di semua kitab suci seperti itu dan di semua kebijaksanaan tradisi seperti itu bahwa keluarnya bukan rasa benar, keluarnya bukan rumongso bener rumongso biso tetapi biso rumongso kalau bahasa Jawanya. Artinya saya benar tapi tidak berarti saya harus hidup dengan anda yang kebenarannya harus seperti saya. Saya harus bijaksana bahwa begitu keluar saya harus siap dengan ketidakbenaran di luar diri saya yang tidak sama dengan saya, maka saya harus berpuasa dari kebenaran saya sendiri. Kalau sekarang masing-masing kelompok baik itu pemerintah, rakyat, segmen-segmen dalam rakyat dan seterusnya semua keluar dengan menyombongkan kebenarannya masing-masing maka kita tidak akan pernah selesai dengan pertengkaran ini.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button