Gundul Pacul
Singkat kata “gundul-gundul pacul gembelengan”, yaitu jika kamu masih kecil dan pilekan terserah mau gembelengan atau bermain-main tidak masalah. Tapi kalau sudah “nyunggi wakul” maka tidak boleh lagi bermain-main. Makna wakul adalah tempat nasi, berarti dia adalah lambang dari kesejahteraan rakyat. Maka kalau sudah jadi walikota atau presiden berarti ada wakul di atas kepalamu, sehingga tugasmu adalah mengantarkan nasi kesejahteraan kepada rakyatmu karena kamu dibayar untuk mengolah dari padi menjadi nasi. Simboliknya seperti itu dan itu pun dalam posisi memanggul bukan ditenteng. Nah jaman dahulu nyunggi wakul adalah sebuah kehormatan bahwa mereka itu orang yang kita gaji, kita diploroti pajek habis-habisan. Kelihatannya turun harga bensinnya tapi ada pungutan yang lebih besar dibanding turunnya harga bensin. Jadi pemerintah ini sama seperti model toko yang mengobral 70% padahal sebelumnya sudah dinaikkan 90%. Nah kalau sudah nyunggi wakul tidak boleh main-main, tidak boleh gembelengan, dan harus sungguh-sungguh untuk kesejahteraan rakyat. Sebab jika kamu gembelengan maka wakule ngglimpang sehingga segone dadi sak latar. Makanya mudah-mudahan kita nanti menjadi pemimpin nasional dalam keadaan sudah mengerti kenikmatan yang lebih tinggi, yaitu kenikmatan yang tidak karena uang. Karena ada kenikmatan yang lebih tinggi daripada uang, daripada jabatan maupun popularitas, dan ketika kita sudah bisa menemukan kenikmatan tersebut maka kita akan ikhlas ke mana saja dan dalam kondisi apa saja tidak ada masalah.
Nah sejak akhir orde baru sampai reformasi nasi yang ada dalam wakul-nya sedikit demi sedikit diambil sendiri. Sambil jalan di kampung-kampung sedikit demi sedikit diambil sehingga begitu sampai di kampunya rakyat sudah habis nasinya. Ini terus-menerus dilakukan sampai pada akhirnya wakul-nya pun ikutan dijual. Sekarang mari kita hitung bersama-sama berapa wakul yang sudah dijual. Nah ketika anda semua nanti menjadi pemimpin maka tidak perlu cemas karena Indonesia tetap kaya tidak karuh-karuhan, karena kaya atau tidak itu tergantung cara pandang kita juga. Kita tidak mengetahui bahwa di sekitar kita itu ada kekayaan yang lebih dahsyat daripada yang sudah kita rumuskan, hanya saja ilmu kita belum sampai untuk melihat itu. Minyak itu diperkirakan hanya sampai tahun 2033 padahal tidak karena teknologi kita hanya sampai pada itu, nanti begitu kita melihat sesuatu yang lain dengan ilmu dan teknologi yang baru maka kita akan kaget bahwa kita masih kaya tidak karuh-karuhan. Cuman kita ini agak sedikit gelisah karena tambang yang ada di Indonesia. Tambang ini yang sebenarnya bikin berantem semuanya. Seandainya tambang tidak dirampok orang luar sudah tentu pasti orang dalam negeri rampok-rampokan tidak karuh-karuhan. Selamatnya adalah ada orang luar yang merampok sini. Ini kita berbicara tentang desa kita, dan tidak berarti kita mensyukuri Freeport dirampok. Tadi di pembahasan bab sebelumnya dikatakan bahwa hidup ini tidaklah sukar, namun yang sukar adalah kita mengambil keputusan ke dalam diri kita (manajemen diri dan manajemen sosial) yang menyangkut keputusan-keputusan masa depan.
Ditulis oleh Bayu Widianto
Panggang, 24 Oktober 2022