Fathul Qorib: Pembatal-Pembatal Shalat
مبطلات الصلاة
فصل في عدد مبطلات الصلاة. (والذي يبطل الصلاة أحدَ عشرَ شيئا: الكلام العمد) الصالح لخطاب الآدميين، سواء تعلق بمصلحة الصلاة أو لا، (والعمل الكثير) المتوالي كثلات خطوات، عمدا كان ذلك أو سهوا؛ أما العمل القليل فلا تبطل الصلاة به. (والحدث) الأصغر والأكبر، (وحُدوث النجاسة) التي لا يعفى عنها. ولو وقع على ثوبه نجاسة يابسة فنفض ثوبه حالا لم تبطل صلاته. (وانكِشاف العورة) عمدا؛ فإن كشفها الريح فسترها في الحال لم تبطل صلاته، (وتغيير النية) كأن ينوي الخروج من الصلاة. (واستدبار القبلة) كأن يجعلها خلف ظهره. (والأكل، والشرب) كثيرا كان المأكول والمشروب أو قليلا، إلا أن يكون الشخص في هذه الصورة جاهلاً تحريمَ ذلك، (والقهقهة) ومنهم من يعبِّر عنها بالضحك. (والردة) وهي قطع الإسلام بقول أو فعل
PEMBATAL-PEMBATAL SHALAT
Sesuatu yang membatalkan shalat berjumlah sebelas (11), yaitu:
- Mengucapkan kata atau kalimat yang bisa digunakan untuk bercakap-cakap kepada manusia; dan ucapan itu membatalkan shalat baik ada hubungannya dengan kebaikan shalat ataupun tidak.
- Gerakan yang banyak dan berurutan, seperti tiga langkah. Gerakan ini membatalkan shalat walaupun dilakukan dengan tidak sengaja; artinya seseorang yang melakukan itu dia lupa bahwa dia sedang berada di dalam shalat. Sedangkan gerakan yang sedikit yang kurang dari tiga gerakan, maka ini tidak membatalkan shalat.
- Hadats kecil dan hadats besar.
- Terkena najis yang tidak dimaafkan di dalam shalat.
- Apabila seseorang yang sedang shalat kejatuhan najis yang kering, namun najis itu segera dilemparkan, maka shalatnya tidak batal. Artinya apabila najis itu langsung dibuang maka shalatnya tetap sah dan berjalan seperti apa adanya.
- Terbukanya aurat dengan sengaja.
- Apabila aurat terbuka oleh angin kemudian langsung ditutup seketika itu, maka shalat yang dilakukan tidak batal.
- Merubah niat; misalkan seperti niat keluar dari shalat.
- Membelakangi kiblat.
- Makan atau minum, baik sedikit maupun banyak; kecuali apabila orang yang melakukan hal itu dia tidak mengetahui keharaman tersebut. Ketidaktahuan ini tentunya harus ketidaktahuan yang dimaafkan oleh syariat. Ketidaktahuan yang dimaafkan oleh syariat adalah apabila seseorang baru saja masuk Islam, atau dia berada di tempat yang jauh dari orang-orang yang mengetahui tentang ini.
- Tertawa ngakak/terbahak-bahak (tertawa yang ada suaranya).
- Keluar dari agama Islam, baik keluarnya itu disebabkan oleh ucapan ataupun perbuatan.
Sumber: Muhammad bin Qasim al-Ghazi, Fath al-Qarib al-Mujib Fii Syarh Alfaadz Taqriib : al-Qaul al-Mukhtaar Fii Syarh Ghaayah al-Ikhtishar, hlm. 17.
Oleh: Bayu Widianto
Panggang, 24 November 2022