Belajar Islam

Fathul Qorib: Larangan Ketika Junub/Hadats

LARANGAN KETIKA JUNUB/HADATS

ثم استطرد المصنف لذكر ما حقه أن يذكر فيما سبق في فصل موجب الغسل، فقال: (ويحرم على الجنب خمسة أشياء): أحدها (الصلاة)، فرضا أو نفلا. (و) الثاني (قراءة القرآن) أي غير منسوخ التلاوة، آية كان أو حرفا، سرًّا أو جهرا. وخرج بالقرآن التوراة والإنجيل. أما أذكار القرآن فتحلُّ لا بقصد قرآن. (و) الثالث (مس المصحف وحمله) من باب أولى. (و) الرابع (الطواف) فرضا أو نفلا. (و) الخامس (اللبث في المسجد) لجنب مسلم، إلا لضرورة كمن احتلم في المسجد وتعذر عليه خروجه منه لخوف على نفسه أو ماله. أما عبور المسجد مارّا به من غير مكث فلا يحرم، بل ولا يكره في الأصح. وتردد الجنب في المسجد بمنزلة اللبث. وخرج بالمسجد المدارس والربط. ثم استطرد المصنف أيضا من أحكام الحدث الأكبر إلى أحكام الحدث الأصغر، فقال

Setelah pengarang kitab Fath al-Qorib menjelaskan beberapa hal yang diharamkan di saat perempuan mengalami haidh dan nifas, lalu beliau melanjutkan menjelaskan hukum-hukum yang seharusnya dijelaskan di pembahasan tentang hal-hal yang mengharuskan mandi; yaitu hal-hal yang diharamkan di saat seseorang memiliki hadats besar. Beliau menjelaskan bahwa ada lima (5) hal yang diharamkan bagi orang yang junub atau memiliki hadats besar, yaitu:

  1. Mengerjakan shalat, baik shalat fardhu ataupun shalat sunnah.
  2. Membaca al-Qur’an selain ayat yang dihapus baik dengan suara pelan maupun jahr.
  • Di dalam syariat Islam ada istilah nasakh mansukh (penghapusan hukum dan diganti dengan hukum yang lain).
  • Di disiplin ilmu ushul fiqh ada beberapa ayat yang bacaannya dihapus.
  • Ada satu ayat yang diriwayatkan dalam satu hadits bahwa dahulu para sahabat membaca ayat itu, tetapi kemudian ayat itu dihapus. Ayat-ayat yang demikian ini apabila dibaca saat mengalami hadats besar hukumnya tidak haram. Karena yang haram adalah al-Qur’an yang ayatnya tidak dihapus. Dan keharaman ini berlaku tidak hanya membaca satu ayat tetapi juga berlaku walaupun membaca beberapa huruf. Lalu keharaman ini juga berlaku tidak hanya bagi orang yang membaca keras tetapi juga berlaku bagi orang yang membaca pelan.
  • Yang diharamkan dalam pembahasan ini adalah al-Qur’an, sehingga tidak semua kitab yang diturunkan Allah haram dibaca saat hadats besar. Karena seseorang itu diperbolehkan membaca kitab Taurat dan Injil walaupun dia sedang memiliki hadats besar.
  • Mengenai sebagian dzikir-dzikir yang kita baca, jika dzikir itu diambil dari al-Qur’an, maka boleh dibaca asalkan tidak diniatkan untuk membaca al-Qur’an.
  1. Menyentuh al-Qur’an dan membawanya; dan tentunya hukum membawanya ini lebih berat daripada menyentuh.
  2. Tawaf, baik fardhu maupun sunnah.
  3. Berdiam di dalam masjid bagi orang yang junub/memiliki hadats besar, dan dia beragama Islam; kecuali karena ada darurat. Contoh kedaruratan adalah seseorang yang tidak bisa keluar dari masjid karena khawatir nyawa dan hartanya terancam.
  • Seseorang yang memiliki hadats besar seandainya dia masuk dari satu pintu masjid dan keluar melalui pintu yang lain maka itu hukumnya boleh. Dan itu hukumnya tidak seperti berdiam di dalam masjid.
  • Seorang yang mondar-mandir di dalam masjid, dia tidak menetap di dalam masjid, maka itu hukumnya sama dengan menetap di dalam masjid.
  • Hukum keharaman ini hanya berlaku bagi masjid; mengecualikan madrasah-madrasah dan pondok-pondok yang digunakan untuk pelajar-pelajar tasawuf.

Setelah pengarang kitab ini menjelaskan hukum-hukum yang berhubungan dengan hadats besar, beliau kemudian menjelaskan tentang hukum-hukum yang berhubungan dengan hadats kecil.

 (ويحرم على المحدث) حدثا أصغر (ثلاثة أشياء: الصلاة، والطواف، ومس المصحف وحمله)، وكذا خريطة وصندوق فيهما مصحف. ويحل حمله في أمتعة وفي تفسير أكثر من القرآن، وفي دنانير ودراهم وخواتم نقش على كل منها قرآن. ولا يمنع المميز المحدث مِن مَسِّ مصحف ولوح لدراسة وتعلُّم قرآن

Beliau menjelaskan bahwa bagi orang yang memiliki hadats kecil, dia diharamkan melakukan tiga hal, yaitu:

  1. Mengerjakan shalat.
  2. Mengerjakan tawaf, dan
  3. Menyentuh serta membawa al-Qur’an.
  • Hukum yang sama dengan membawa al-Qur’an adalah membawa kotak atau membawa kantong yang di dalamnya terdapat al-Qur’an.
  • Al-Qur’an ini boleh dibawa jika seseorang membawa benda lain selain al-Qur’an. Misalnya seseorang membawa tas dan di dalamnya ada buku dan al-Qur’an, maka hukum membawa al-Qur’an ini boleh.
  • Boleh membawa al-Qur’an apabila di dalam al-Qur’an itu terdapat tafsir/penjelasan yang jumlah hurufnya lebih banyak daripada al-Qur’an.
  • Termasuk ayat al-Qur’an yang boleh dibawa adalah ayat al-Qur’an yang berada di mata uang dinar, dirham, atau cincin yang di semuanya itu diukir/dicetak di dalam mata uang.
  • Bagi anak kecil yang sedang memiliki hadats kecil, yang dia tidak memiliki wudhu, maka dia tidak boleh dihalangi untuk menyentuh al-Qur’an atau papan yang bertuliskan al-Qur’an yang tujuannya digunakan untuk belajar.

 

Sumber: Muhammad bin Qasim al-Ghazi, Fath al-Qarib al-Mujib Fii Syarh Alfaadz Taqriib : al-Qaul al-Mukhtaar Fii Syarh Ghaayah al-Ikhtishar, hlm. 9.

Ditulis oleh Bayu Widianto

Panggang, 14 November 2022

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button