Pendidikan

Empan Papan Hidup Bebrayan

Tingkah laku manusia dalam istilah Jawa ada yang namanya empan papan (semua ada tempatnya masing-masing). Jadi tidak semua yang baik itu baik kecuali jika ia ditempatkan di tempat yang tepat. Suami istri tidak hanya baik namun suci, akan tetapi jangan melakukan hubungan suami istri kecuali di dalam kamar yang tertutup, jangan mentang-mentang suci terus melakukannya di gardu misalnya. Hidung itu indah jika terletak di antara dua pipi, jika dinaikkan sedikit saja malah kelihatan menakutkan. Jadi semua itu pada tempatnya masing-masing, ada nisbahnya sendiri-sendiri. Kemudian selanjutnya adalah jika bapak ya harus bapak dan jika ibu juga harus ibu jangan bapak jadi ibu atau ibu jadi bapak, kalau kiper ya harus kiper dan jika stracker juga harus stracker jangan kipernya nyetracker atau sebaliknya, dan seterusnya. Jadi sebelum Islam datang kita sudah diajari oleh mbah-mbah kita orang Jawa empan papan, yakni semua harus ditempatnya masing-masing supaya terjaga kebenarannya, kebaikannya, dan keindahannya. Jadi tidak hanya benar, tapi juga harus baik, dan tidak hanya benar dan baik namun juga harus indah. Jadi misalnya kita menjadi imam ya sebisa mungkin bacaan al-Fatihahnya tidak hanya benar tapi juga harus indah. Syarat sembahyang itu harus benar baik dalam hal ruku’, sujud, dan seterusnya tapi di dalam shalat tidak ada syarat untuk khusyuk. Nah khusyuk ini adalah keindahan dalam ibadah. Jadi puncak kebenaran adalah keindahan dan puncak kebaikan juga keindahan. Keindahan inilah yang jarang diperhatikan oleh para ustadz dan ulama. Nah marilah dalam hidup ini kita membangun keindahan bersama-sama dengan menjalin kekeluargaan bukan hanya pada lingkup keluarga tapi juga tetangga dan masyarakat luas. Jadi kita semua ini berkeluarga, bahkan dengan hewan pun kita berkeluarga meskipun caranya berbeda. Pohon saja ada keluarga antara akar, batang, ranting, dahang, bunga, daun, dan kembang. Sepeda juga harus saling memperkuat antara roda dan ruji, jika kaki kanan ngayuh maka yang kiri ikut begitu pula sebaliknya, dan tidak boleh royokan karena kalau royokan maka sepeda tidak akan jalan. Nah di Indonesia ini organisasi kekeluargaan republic Indonesia belum begitu maksimal, makannya jangan heran jika setiap hari adanya hanya bentrok baik di dunia nyata maupun di medsos. Salah satu bentuk kekeluargaan kita adalah kita diperintahkan untuk baik kepada apapun dan siapapun baik kepada sesama manusia maupun bukan seperti pohon, tanah, hewan, air, dan seterusnya. Jadi memang Allah menciptakan semuanya untuk berkeluarga, keadaan hati kita juga harus hati keluarga dan harus saling mengamankan.

Berkaitan dengan hal itu maka manusia itu ada empat macam, yakni:

  1. Orang yang sulit marah dan sulit memaafkan.
  2. Orang yang sulit marah dan gampang memaafkan.
  3. Mudah marah dan mudah memaafkan.
  4. Mudah marah dan sulit memaafkan.

Di antara empat macam tadi yang paling bagus adalah yang nomor dua, yakni sulit marah dan mudah memaafkan. Nah sekarang kalau kita tidak benar dalam berkeluarga sebagai bangsa Indonesia nanti akan menjadi orang yang berkategori nomor empat, yakni orang yang mudah marah dan sulit memaafkan.

Sumber: Bayu Widianto, Refleksi Pikiran untuk Bekal Hidup, (Pekanbaru: Suxzezexpress, 2022), hlm. 99-101.

 

 

Ditulis Oleh Bayu Widianto

Panggang, 22 Oktober 2022

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button