Fathul Qorib: Tata Cara Shalat (Sunnah Haiah dalam Shalat)
هيئات الصلاة
وهيئاتها أي الصلاة. وأراد بهيئاتها ما ليس رُكنًا فيها ولا بعضًا يُجبر بسجود السهو (خمسةَ عشرَ خصلة: رفع اليدين عند تكبيرة الإحرام) إلى حذو منكبيه، (و) رفع اليدين (عند الركوع و) عند (الرفع منه، ووضع اليمين على الشمال)، ويكونان تحت صدره وفوق سرته. (والتوجه) أي قول المصلي عقبَ التحرم، {وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [الأنعام: 79]. والمراد أن يقول المصلي بعد التحرم دعاءَ الافتتاح هذه الآية أو غيرها مما ورد في الاستفتاح. (1) (والاستعاذة) بعد التوجه. وتحصل بكل لفظ يشتمل على التعوذ؛ والأفضل «أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ». (والجهر في موضعه) وهو الصبح وأولتا المغرب والعشاء والجمعة والعيدان؛ (والإسرار في موضعه) وهو ما عدا الذي ذكر. (والتأمين) أي قول «آمين» عقبَ الفاتحة لقارئها في صلاة وغيرها، لكن في الصلاة آكد. ويُؤَمِّن المأمومُ مع تأمين إمامه، ويجهر به. (وقراءة السورة بعد الفاتحة) لإمامٍ ومنفرد في ركعتي الصبح وأولتي غيرها. وتكون قراءة السورة بعد الفاتحة؛ فلو قدم السورة عليها لم يحسب؛ (والتكبيرات عند الخفض) للركوع (والرفع) أي رفع الصلب من الركوع. (وقول «سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ») حين يرفع رأسه من الركوع. ولو قال: «مَنْ حمِد اللهَ سمع لَهُ» كفى. ومعنى «سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ» تقبل الله منه حمده وجازاه عليه. وقولُ المصلي: («رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ») إذا انتصب قائما؛ (والتسبيح في الركوع) وأدنى الكمال في هذا التسبيح «سُبحَانَ رَبِيَ العَظِيمِ» ثلاثا؛ (و) التسبيح في (السجود)، وأدنى الكمال فيه «سُبحَانَ رَبِيَ الأَعلَى» ثلاثا؛والأكمل في تسبيح الركوع والسجود مشهورٌ. (ووضع اليدين على الفخذين في الجلوس) للتشهد الأول والأخير (يبسط) اليد (اليُسرَى) بحيث تسامَت رؤوسُ أصابعها الرُكبةَ، (ويقبض) اليد (اليمنى) أي أصابعها (إلا المسبحة) من اليمنى، فلا يقبضها؛ (فإنه يشير بها) رافعا لها حال كونه (مُتشهدا)؛ وذلك عند قوله: «إلاَّ الله»، ولا يحركها؛ فإن حرَّكها كره، ولا تبطل صلاتُه في الأصح. (والافتراش في جميع الجلسات) الواقعة في الصلاة، كجلوس الاستراحة والجلوس بين السجدتين وجلوس التشهد الأول. والافتراس أن يجلس الشخص على كعب اليسرى جاعلاً ظهرَها للأرض وينصب قدمه اليمنى ويضع بالأرض أطراف أصابعها لجهة القبلة. (والتورك في الجلسة الأخيرة) من جلسات الصلاة، وهي جلوس التشهد الأخير. والتورك مثل الافتراش إلا أن المصلي يُخرِج يساره على هيئتها في الافتراش من جهة يمينه، ويلصق وركه بالأرض. أما المسبوق والساهي فيفترشان ولا يتوركان. (والتسليمة الثانية). أما الأولى فسبق أنها من أركان الصلاة
TATA CARA SHALAT (SUNNAH HAIAH DALAM SHALAT)
Yang dimaksud dengan sunnah hai’ah adalah hal-hal yang bukan merupakan rukun dan juga bukan merupakan kesunnahan yang harus ditambal dengan sujud sahwi. sunnah hai’ah dalam shalat ada lima belas (15/18), yaitu:
- Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram hingga tangan sejajar dengan kedua bahu.
- Mengangkat tangan ketika ruku’ dan ketika bangun dari ruku’ (iktidal).
- Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri setelah takbiratul ihram, dan meletakkan kedua tangan di bawah dada dan di atas pusar.
- Membaca doa setelah takbiratul ihram, yaitu: “wajahtu wajhiya lillahdzii fathorossamaawaati wal ardho, khaniifan musliman wa maa anaa minal musyrikiin. Innash sholaatii wa nusukii wa mahyaayaa wa mamaati lillaahi robbil ‘aalamiin, laa syariika lahu wa bi dzaalika umirtu wa anaa minal muslimiin”.
- Yang dimaksud ke dalam kesunnahan ini adalah bahwa seseorang yang shalat, setelah ia takbiratul ihram maka disunnahkan untuk membaca doa iftitah; atau biasa disebut dengan doa pembukaan shalat.
- Boleh membaca doa yang ada di kitab ini atau boleh juga dengan doa yang lain dari beberapa doa yang telah diajarkan Nabi kepada kita.
- Isti’aadzah/meminta perlindungan agar dijauhkan dari setan.
- Isti’adzah ini dilakukan setelah membaca doa iftitah.
- Isti’adzah ini bisa dilakukan dengan kalimat apapun asalkan kalimat itu mencakup ta’awwudz/sesuatu yang diminta kepada Allah agar dijauhkan dari setan.
- Kalimat isti’adzah yang paling utama adalah “a’uudzu billaahi minasy syaithoonir rojiim”.
- Membaca bacaan shalat dengan keras di tempat-tempat bacaan keras.
- Shalat-shalat yang disunnahkan untuk membaca keras adalah shalat shubuh, dua rakaat pertama shalat maghrib dan isya, shalat jumat, dan dua shalat ied.
- Membaca bacaan shalat dengan pelan di tempat-tempat yang disunnahkan pelan.
- Shalat-shalat yang diharuskan untuk membaca pelan adalah selain shalat yang telah disebutkan pada point nomor enam.
- Mengucapkan “Aamiin” setelah bacaan al-Fatihah.
- Ucapan “aamiin” ini sunnah dilakukan di dalam shalat maupun di luar shalat.
- Tetapi mengucapkan “aamiin” di dalam shalat kesunnahannya lebih kuat.
- Seorang makmum disunnahkan untuk mengucapkan “aamiin” setelah imam selesai membaca al-Fatihah, dan disunnahkan pula mengucapkan dengan keras.
- Membaca surah setelah membaca al-Fatihah.
- Kesunnahan ini berlaku bagi imam dan juga bagi orang yang shalat sendiri di dua rakaat shalat subuh dan dua rakaat pertama selain shalat shubuh.
- Bacaan surah ini harus dilakukan setelah al-Fatihah, sehingga apabila ada orang membaca surah sebelum membaca surah al-Fatihah, maka bacaan suratnya tidak terhitung (tidak sah).
- Mengucapkan takbir ketika turun untuk ruku’ dan ketika bangun dari ruku’.
- Bangun dari ruku’ artinya meluruskan tulang pungung setelah melakukan rukun ruku’
- Mengucapkan “sami’allaahu li man khamidah” ketika orang yang shalat mengangkat kepalanya dari ruku’.
- Apabila seseorang tidak mengucapkan “sami’allahu li man khamidah”, tetapi mengucapkan ‘man khamidallaha sami’a lahu”, maka ucapan itu sudah cukup untuk mendapatkan kesunnahan.
- Makna ucapan “sami’allahu li man khamidah” adalah Allah menerima pujiannya dan membalasnya.
- Mengucapan “rabbanaa lakalkhamdu” setelah bangkit dari ruku’.
- Mengucapkan tasbih ketika ruku’.
- Minimal kesempurnaan mengucapkan tasbih ketika ruku’ adalah ucapan “subhaana robbiyal adhiim” sebanyak tiga kali.
- Mengucapkan tasbih ketika sujud.
- Minimal kesempurnaan ucapan tasbih ketika sujud adalah “subhaana robbiyal a’laa” sebanyak tiga kali.
- Bacaan yang utama yang dilakukan ketika ruku’ dan sujud sudah sangat mashur/populer.
- Meletakkan kedua tangan di atas dua lutut ketika duduk untuk tasyahud awal dan akhir.
- Disunnahkan untuk tidak menggenggam jari kiri/melepaskan jari kiri.
- Disunnahkan ujung jari sejajar dengan lutut.
- Jari kanan disunnahkan untuk digenggam.
- Khusus jari telunjuk tangan kanan tidak ikut digenggam.
- Jari telunjuk yang tidak digenggam gunanya adalah untuk berisyarat ketika mengucapkan syahadat; tepatnya adalah diangkat ketika mengucapkan “ilallaah”.
- Ketika mengangkat jari telunjuk maka tidak disunnahkan untuk menggerak-nggerakkannya. Apabila seseorang menggerakkan jari telunjuk ketika mengangkatnya, maka hukumnya makruh dan tidak membatalkan shalat.
- Duduk iftirasy.
- Duduk iftirasy dilakukan di semua duduk yang ada di dalam shalat.
- Duduk iftirasy adalah seperti duduk istirahat. Duduk istirahat ialah duduk yang dilakukan setelah sujud yang kedua sebelum berdiri, kemudian seperti duduk antara dua sujud dan seperti duduk tasyahud awal.
- Duduk iftirasy ialah seseorang yang duduk di atas mata kaki kiri, dan kaki bagian luar di tempelkan ke tanah di tempat duduknya, dan kaki bagian kanan diluruskan, lalu jari kaki bagian kanan diarahkan ke arah kiblat.
- Melakukan duduk tawaruk.
- Duduk tawaruk adalah duduk yang terakhir di dalam shalat.
- Duduk tawaruk adalah duduk yang dilakukan pada saat tasyahud akhir.
- Duduk tawaruk sama dengan duduk iftirasy; perbedaannya adalah kalau duduk tawaruk seseorang yang shalat dia mengeluarkan kaki kirinya ke arah kaki kanan dan menempelkan bokongnya ke tempat duduk.
- Khusus untuk orang yang lupa tidak melakukan kesunnahan shalat ataupun makmum yang terlambat, mereka berdua disunnahkan untuk duduk iftirasy di saat duduk untuk tasyahud akhir. Hal ini karena nantinya ia akan melakukan sujud sahwi.
- Salam yang kedua.
- Salam yang pertama sudah dijelaskan di dalam penjelasan sebelumnya bahwa walaupun salam ini ada dua kali, tetapi salam yang wajib hanyalah salam yang pertama.
Sumber: Muhammad bin Qasim al-Ghazi, Fath al-Qarib al-Mujib Fii Syarh Alfaadz Taqriib : al-Qaul al-Mukhtaar Fii Syarh Ghaayah al-Ikhtishar, hlm. 16.
Oleh: Bayu Widianto
Panggang, 22 November 2022