Hanyalah Sebuah Petasan yang Dibanting
Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya, menciptakan alam semesta, malaikat, jin, iblis, setan, pohon, bebatuan, materi, dan semuanya dengan ekosistemnya, lengkap dengan jumlah syariatnya. Salah satu yang bias kita pakai untuk memandan-Nya adalah bahwa Allah sudah membikin rumah untuk diri-Nya. Jadi seluruh alam semesta dalam kehidupan ini adalah rumahnya Allah. Allah lah yang punya rumah itu dan Allah tuan rumahnya. Nah sekarang rumah-rumah kecilnya Allah adalah kita semua, pada lapis-lapis dari individu sampai keluarga sampai social kemasyarakatan sampai ada casing yang namanya Negara dan casing-casing lainnya yang namanya institusi, lembaga, sampai madzab, sampai parpol, sampai apapun semua itu adalah rumahnya Allah. Jadi shahibul baitnya adalah Allah Swt. Maka selalu nikmatilah bahwa tuan rumah diri kita adalah Allah itu sendiri. Nah Allah jangan diukur secara materi, artinya Allah itu bisa begitu dekat dan lebih dekat dengan urat leher kita, bahkan Dia lebih dekat daripada dekat itu sendiri, Dia lebih satu daripada satu itu sendiri, dan Dia lebih tunggal dari tunggal itu sendiri. Maka jangan pernah melewati hari dan malam, pagi dan sore tanpa peristiwa manunggal dengan Allah Swt. Jadi Shahibul bait dengan seluruh kalimatnya yang bisa kita pelajari yaitu kesadaran yang terus-menerus bahwa shahibul bait badan kita ini ya Allah itu sendiri karena kita nggak ikut andil dalam pembuatan anggota tubuh kita dan apapun yang ada di tubuh kita baik dari ujung atas sampai ujung bawah semua bikinan Allah dan kita tidak ikut andil. Nah hendaklah kita membawa kesadaran ini ke setiap langkah dimamapun kita melakukan sesuatu. Jadi hal ini dibawa kemana-mana dan tidak perlu diserem-seremkan, begitulah kesadaran kita. Kemudian rumah ini tidak diakui, artinya manusia bila tidak mengetahui dan tidak mengakui bahwa aku adalah kita dan alam semesta adalah rumahnya Allah maka akan terjadi masalah dengan tuan rumahnya. Ideologi-ideologi modern, demokrasi, materialisme, sekularisme adalah satu tindakan yang tidak mengakui rumah Allah sehingga ia mengusir Allah dari rumah-Nya sendiri, sehingga kemudian Allah dijadikan satpam; pas butuh berdoa, pas bahaya minta pertolongan, pas makan lupa, kan gitu. Nah ini eksplorasi pemaknaannya silahkan dimaknai sendiri. Kemudian kalau urusannya dengan kita dan alam semesta yang ini itu wajib dan pasti bahwa kalau ada Allah ya ada Rasulullah yang kemudian ada kita, karena kalau nggak ada Rasulullah untuk apa ada kita. Dan ini tidak bisa dirumuskan oleh setiap kata yang disepakati oleh manusia. Tapi intinya untuk urusan hidup yang sekarang ini, ada planet ada galaksi ada bumi ada hutan ada kita ada tol laut ada kereta cepat ada segala macam ini harus ada Muhammad, sebab semua ini tidak bisa diciptakan kalau Allah tidak menciptakan Muhammad terlebih dahulu. Jadi Rasulullah itu ada karena ada konteks kita, demikian juga kalau ada kita maka tidak mungkin tidak ada Rasulullah karena diibaratkan kalau ada gethuk itu karena ada tela, masak ada tela nggak ada gethuk kan nggak mungkin toh kita ambil tela langsung dimakan nggak melalui proses pengolahan, demikian pula gethuk tidak mungkin ada kalau tidak karena ketela. Begitulah Rasulullah dan kita, maka percintaan segitiga harus senantiasa terus dikembangkan pemaknaannya. Kemudian puncak dari ketidaksetiaannya manusia untuk menjadi rumahnya Allah itu membuat manusia menjadi bergolak, rumahnya menjadi goyang-goyang karena tiangnya ingin memiliki dirinya sendiri yang akhirnya mau-mau gue; cagaknya jalan sendiri, gentengnya juga tersebar nggak karuh-karuhan. Jadi rumahnya Allah itu sedang dirusak. Nah tingkat kerusakan rumah Allah ini, yaitu kita itu sudah sampai pada tingkat yang sangat membahayakan rumah itu sendiri. Jadi kita sedang berada dalam tingkat bahaya kehidupan yang luar biasa yang mungkin bisa disebut darurat baik dalam hal kenegaraan, kebudayaan, akhlak, mental, dan semuanya. Artinya Allah diusir dari rumah-Nya sendiri sedemikian rupa, kemudian ada kooptasi penguasaan/penindasan/penganiayaan antar unsur-unsur rumah itu. Ada genteng yang tidak mau ditaruh di atas blandar tertentu, tiangnya milih sendiri-sendiri pengennya di tengah semuanya yang akhirnya robohlah rumah itu. Intinya ada kerusakan yang luar biasa di rumah Allah, penguasaan atas sparepart-sparepart terhadap sparepart lain di rumah Allah yang sama itu sudah sampai tingkat yang sudah sangat mengerikan di Indonesia. Jadi Indonesia itu adalah satu di antara dua yang secara internasional harus dikuasai atau dihancurkan. Caranya menguasai adalah dengan memecah belah semua unsur-unsurnya baik antar agama, intra agama, atau antar kelompok, golongan, etnik atau apapun saja yang intinya dibikin tidak puzling antara tiang dengan blandar dengan usuk dengan genteng. Ada lagi tegel itu tidak mau dipasang ditempatnya. Jadi di dunia ini ada dua yang sedang diproses untuk dihancurkan, minimal dikuasai, diperbudak, dan diperjongos, yaitu Islam dan Indonesia. Semua yang terjadi itu adalah penghancuran Islam dan Indonesia, bukan yang lain. Arab dan Timur tengah sudah berkelahi sendiri-sendiri, Yaman juga sudah dibom oleh Arab, Arab sudah mengganti Hijriyah jadi Masehi. Dan kalau kita kerja di Arab syaratnya adalah bisa bahasa Inggris, dan ini juga membuat heran. Jadi ibaratnya untuk kerja di perusahaan malaikat harus berpakaian Iblis kan gitu. Memang perkembangan dunia ini asyik sekali. Nah jadi pada intinya harus ada kunci yang jelas pada kita, yaitu seluruh yang kita ributkan di Jakarta atau di manapun itu hanya mercon yang dibanting, dan kita tidak boleh terseret untuk memfokuskan diri pada mercon itu meskipun mercon tersebut harus tetap kita atasi, tetapi harus kita ketahui bahwa itu mercon dibanting atau peluru ditembakkan kita harus tahu bedilnya apa, dimana, dan tangan yang megang bedil itu siapa, dan yang megang bedil nembak ini siapa yang nyuruh dia dibiayai berapa. Kita berada pada situasi dimana kita betul-betul sedang pelan-pelan digerogoti dan dikuasai, dan Indonesia adalah pusatnya Islam karena orang Islam berkumpul berpuluh-puluh ribu tiap malam dimana-mana itu sudah menunjukkan bahwa pusatnya di Indonesia. Maka Indonesia sangat strategis untuk menghancurkan dua hal itu, yaitu Indonesia itu sendiri dan Islam. Jadi rumahnya sedang dihancurkan atau minimal dikuasai. Mungkin suatu hari nanti Indonesia akan jadi Negara yang gemah ripah long jinawi akan tetapi kita hanya akan jadi buruh, suatu hari pertanian akan moncer namun sayangnya kita hanya akan menjadi bahan kibulan. Soal pertanian kita akan belok sedikit bahwa profesi dalam Islam itu diurutkan mulai dari pertanian, produksi/teknologi, lalu perdagangan. Kata sambung yang digunakan adalah bukan “dan” tapi “kemudian”. Jadi ketiga-tiganya ini adalah sebuah sistem nilai di dalam suatu satuan ekosistem yang tidak boleh dipecah-pecah, tidak boleh kita bertani tanpa memikirkan perdagangan hasil pertanian dan tidak boleh kita bertani tanpa memikirkan teknologi pertanian, cuman orang yang di pertanian ini tidak pernah berfikir untuk membikin sesuatu dengan orientasi asal-usul pertanian, mereka tidak bersyukur bahwa manusia hidup itu nomor satu primadonanya dan yang menghidupi semua umat manusia adalah petani. Jadi kita berteknologi lalu berdagang tanpa memperhatikan betapa pentingnya pertanian. Jadi yang sekarang terjadi adalah orang berdagang tanpa mengingat tekhnologinya, orang bertekhnologi tanpa mengingat pertaniannya, demikian pula sebaliknya. Jadi ilmu modern sama sekali tidak pernah mencapai pemahaman mengenai ekosistem ini, dan Islam yang memperkenalkannya sebenrnya, namun yang terjadi Islam dianggap yang paling ketinggalan jaman, yang paling dibodoh-bodohkan, paling diejek dan direndahkan, diludahi habis-habisan, dan sudah terang-terangan Islam di Indonesia akan dihancurkan oleh orang-orang yang kita sayangi. Kalau salah satu dari msyoritas menjadi presiden maka itu berarti dictator mayoritas. Jadi selama mayoritas masih menjadi pemimpin tertinggi maka itu disebut dictator mayoritas dan berarti belum demokrasi, karena demokrasi adalah jika minoritas bisa menjadi presiden. Contohnya sangat banyak, yaitu kalau orang Islam membunuh satu orang saja yang non Islam maka beritanya akan benar-benar heboh satu dunia dan memperhinakan Islam habis-habisan. Tapi kalau orang Islam di Rohingya dan Palestina dibom beratas-ratus bahkan beribu-ribu jiwa, itu kebaikan karena Islam memang agama yang harus dilarang, kan gitu. Tidak pernah orang Islam berdemo dan menuntut supaya ada larangan terhadap Budha, Hindu, Kristen, Konghucu, dll nggak pernah. Mungkin kita tidak setuju tapi kita tidak pernah menuntut kepada siapapun agar itu semua dibubarkan. Tapi demo di Eropa, Amerika, dimana-mana menuntut Islam dibubarkan. Nah ini kan sama dengan rumah yang tidak tahu penghuninya. Kemudian pembahasan yang selanjutnya yaitu, seluruh proses penghancuran, kemiringan, kemabrukan, keprotolan rumahnya Allah yang disebut manusia dan kebudayaan dan negaranya itu, maknanya selalu adalah kalau bukan azab maka dia peringatan atau dia ujian. Nah bagi siapakah keadaan yang penuh kehancuran ini merupakan azab dan bagi siapa dia merupakan peringatan dan bagi siapa dia merupakan ujian.
Sumber: Bayu Widianto, Refleksi Pikiran untuk Bekal Hidup, (Pekanbaru: Sukzezexpress, 2022), hlm, 102-108.
Ditulis oleh Bayu Widianto
Panggang, 22 Oktober 2022